Proses kalibrasi alat ukur menjadi bagian penting dalam sebuah pengukuran bahan. Prosedur ini bertujuan untuk memastikan bahwa alat ukur mampu bekerja secara optimal mulai dari awal pembelian hingga saat penggunaan selama beberapa waktu. Apa sajakah contoh kalibrasi alat ukur skala laboratorium?
Bagaimana cara melakukan kalibrasi tersebut? Adakah alat khusus untuk melakukan proses kalibrasi alat ukur? Yuk ketahui jawabannya pada uraian berikut.
Beberapa Contoh Kalibrasi Alat Ukur yang Perlu Kamu Tahu
Beberapa contoh kalibrasi dari alat ukur dengan skala laboratorium, antara lain :
1. pH Meter
Alat yang satu ini berfungsi untuk mengukur pH suatu cairan atau sediaan. Proses kalibrasi pada pH meter yakni dengan mengukur larutan standar yang telah tersedia dengan nilai pH yang berbeda-beda yakni pH 4, 7, dan 10.
Apabila pH meter menunjukkan nilai pH yang sesuai dengan jenis cairan yang diukur maka alat tersebut mampu bekerja dengan baik. Proses kalibrasi ini juga bisa dilakukan setiap kali kamu akan mengukur pH suatu cairan. Atau kamu juga bisa melakukan proses kalibrasi pada waktu tertentu.
2. Neraca Analitik
Contoh kalibrasi alat ukur selanjutnya yakni pada neraca analitik. Alat ini biasanya digunakan untuk menimbang bobot bahan yang akan direaksikan atau dicampurkan dengan bahan lain. Tentunya neraca ini bekerja secara digital dengan memanfaatkan baterai atau arus listrik.
Oleh karena itu, kamu perlu memastikan bahwa baterai atau daya listrik pada neraca analitik mengalir secara normal. Sehingga alat tersebut dapat bekerja secara optimal dan memberikan hasil yang akurat. Proses kalibrasi umumnya dilakukan dalam jangka waktu per tahun sebanyak satu atau dua kali.
3. Pipet Volume
Pipet volume menjadi salah satu alat ukur yang berfungsi dalam mengukur jumlah cairan yang akan diambil untuk proses percobaan. Tentunya terdapat skala pada pipet volume yang digunakan untuk mengukur jumlah cairan yang diinginkan.
Oleh karena itu, alat ini juga perlu proses kalibrasi sebelum penggunaannya. Bahkan pipet volume menjadi salah satu alat yang seringkali digunakan ada percobaan skala lab maupun skala industri.
4. Labu Ukur
Contoh kalibrasi alat ukur berikutnya adalah proses kalibrasi pada labu ukur. Labu ukur memiliki fungsi yang sama seperti pipet volume namun skala yang dimiliki oleh labu ukur ini lebih besar daripada pipet volume.
Dengan kata lain, cairan yang diukur menggunakan labu ukur ini merupakan cairan dengan jumlah yang besar. Maka dari itu, untuk memastikan keakuratan dari alat ukur ini perlu dilakukan proses kalibrasi. Biasanya, proses kalibrasi dilakukan menggunakan air panas yang diukur jumlahnya sesuai dengan skala labu ukur.
5. Buret
Buret dalam pengaplikasiannya terbagi menjadi dua jenis yakni buret kaca dan buret digital. Pada buret kaca hal yang perlu kamu perhatikan adalah kebocoran pada stop cock dan tidak adanya kontaminan pada alat tersebut. Karena fungsi buret ini adalah sebagai wadah dan alat ukur cairan yang akan direaksikan dengan cairan lain.
Maka kamu harus memastikan bahwa tidak terdapat kebocoran pada stop cock karena dapat menggangu proses pengukuran. Selain itu, pastikan pula bahwa pada buret kaca tidak terdapat kontaminan berupa gelembung udara maupun kontaminan lainnya.
Hal ini bertujuan untuk memperoleh cairan dengan jumlah yang sesuai. Tentunya juga bertujuan untuk menghindarkan cairan kimia dari kontaminan asing yang dapat mengganggu proses percobaan.
Sedangkan untuk buret digital hal yang perlu kamu perhatikan terletak pada ketelitian pembacaan alat ukur yakni 0,01 mL. Selain itu, kamu juga perlu memastikan bahwa baterai pada alat tersebut dapat bekerja secara normal.
Karena sistem kerja buret digital ditentukan oleh kesehatan dan stabilitas baterai. Ketika baterai bekerja dengan lemah maka hasil pengukuran yang diperoleh pun tidak akurat.
Sekian penjelasan mengenai contoh kalibrasi alat ukur yang bisa kamu ketahui. Tentunya setiap alat memiliki optimasi dan proses kalibrasi yang berbeda sesuai dengan fungsinya.
Baca juga: