Ketika harus mengukur kedalaman silinder atau diameter sebuah kelereng, penggaris atau mistar saja tidak cukup untuk memperoleh hasil yang akurat. Itulah kenapa dibutuhkan alat ukur khusus seperti jangka sorong. Dimana untuk melakukannya, anda harus bisa membaca skala utama maupun skala noniusnya. Dan pada artikel kali ini, akan dijabarkan fungsi skala nonius pada jangka sorong sekaligus contoh soalnya.
Sekilas Tentang Jangka Sorong
Sebelum mencari tahu mengenai skala nonius pada jangka sorong serta contoh soalnya, yuk intip pembahasan sekilas tentang alat ukur ini dan kenapa anda perlu menggunakannya. Jangka sorong sendiri pertama kali ditemukan sekitar abad ke-6 di The Greek Giglio Wreck, sebuah bangkai kapal di pantai Italia.
Alat ukur tersebut dipakai untuk mengukur jarak antara 2 sisi yang berlawanan dari suatu objek. Karena ketelitiannya mencapai 0.01 cm atau 0.1 mm, jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur benda kerja yang tidak dapat diukur oleh mistar atau penggaris. Seperti kedalaman bejana sempit, diameter luar dan dalam suatu cincin, ketebalan pelat, dan lain sebagainya.
Untuk melakukan perhitungan tersebut, jangka sorong terdiri atas beberapa bagian. Seperti skala utama dan skala nonius yang berperan penting dalam membaca hasil pengukuran. Untuk skala utama biasanya memiliki satuan cm, pada skala utama rahang bawah terdiri dari angka 0-17 cm dengan panjang setiap garis pendeknya 1 mm. Sementara fungsi skala nonius pada jangka sorong bisa dilihat berikut.
Skala Nonius pada Jangka Sorong
Skala nonius tidak kalah penting dari skala utama. Komponen jangka sorong ini merupakan skala tambahan yang dapat menunjukkan ketelitian alat ukur tersebut. Sama seperti skala utama, skala nonius pun terdapat di rahang bawah dan rahang atas. Fungsinya adalah memberi bantuan penglihatan yang memungkinkan pengguna mengukur lebih tepat.
Disebut pula dengan istilah skala vernier, ini adalah skala yang menunjukkan dimana pengukuran terdapat di antara dua skala pada skala utama. Skala nonius digunakan untuk meningkatkan ketelitian sekaligus mengurangi ketidakpastian dalam pengukuran yang dilakukan. Adapun cara menghitungnya yaitu berdasarkan angka yang berimpit dengan skala utama.
Perlu diketahui bahwa skala vernier mempunyai ketelitian nilai yang berbeda beda. Seperti ketelitian 0.1 mm terdapat 10 ruas garis skala vernier, ketelitian 0.02 mm terdapat 50 ruas garis skala vernier, dan ketelitian 0.05 mm terdapat 20 ruas garis skala vernier. Arti dari ketelitian ini yaitu nilai setiap garis pada skala vernier, contohnya pada ketelitian 0.05 mm maka jarak antar satu garis ketelitiannya adalah 0.05 mm.
Cara Membaca Jangka Sorong
Setelah mengetahui apa itu skala utama dan fungsi skala nonius pada jangka sorong, tentu anda perlu mengetahui cara membaca pengukuran jangka sorong. Sebab cara membaca jangka sorong melibatkan kedua skala tersebut. Dan sebelum belajar bagaimana cara membacanya, maka anda perlu meletakkan benda yang hendak diukur pada bagian rahang atas dan bawah jangka sorong.
Jangan lupa tekan penguncinya supaya rahang atas serta bawah dapat mengapit benda kerja dan membuatnya tidak bergerak. Dengan begitu perhitungan yang dilakukan tentu dapat menunjukkan hasil yang akurat. Selanjutnya anda bisa membaca jangka sorong dengan memperhatikan nilai yang ditunjuk oleh skala utama.
Baru kemudian tentukan skala nonius dengan cara melihat skala tersebut yang berimpit dengan skala utama. Karena skala utama dan skala nonius sudah diketahui, jadi hanya perlu memasukkannya ke dalam persamaan HP (hasil perhitungan) = skala utama + skala nonius. Angka yang muncul itulah yang menjadi hasil perhitungan benda kerja.
Contoh Soal Perhitungan Jangka Sorong
Menggunakan Ketelitian 0.05
Pertama, mari perhatikan contoh soal jangka sorong 0 05. Pada sebuah perhitungan benda kerja menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0.05 mm, diketahui skala utamanya adalah 4.1 cm atau 41 mm dengan ruas vernier 10. Lalu, berapa hasil pengukuran untuk benda kerja tersebut ?
Penyelesaiannya yaitu dengan mencari skala vernier atau nonius terlebih dahulu, yakni dengan mengalikan ruas vernier x ketelitian. Sehingga diperoleh persamaan skala vernier = 10 x 0.05 mm (ketelitian 0.05 mm memiliki 20 ruas). Jadi skala vernier pada contoh soal tersebut adalah 0.5 mm.
Karena skala utama dan skala vernier sudah diketahui, maka hanya perlu memasukkan nilainya ke rumus hasil pengukuran. Hasil pengukuran = skala utama + skala vernier, jadi HP = 41 mm + 0.5 mm = 41.5 mm. Sehingga hasil pengukuran jangka sorong untuk benda kerja pada contoh adalah 41.5 mm.
Menggunakan Ketelitian 0.02
Supaya lebih paham perhitungan menggunakan jangka sorong, yuk intip pula contoh soal jangka sorong 0 02. Sebuah jangka sorong dengan ketelitian 0.02 digunakan untuk mengukur diameter koin. Kemudian diketahui skala utama adalah 3.3 cm atau 33 mm dengan ruas vernier 16. Bagaimana penyelesaiannya ?
Seperti sebelumnya, anda bisa mencari nilai skala vernier atau noniusnya terlebih dahulu. Yakni dengan persamaan skala vernier = ruas vernier x ketelitian, skala vernier = 16 x 0.02 mm = 0.32 mm. Sehingga baik skala utama maupun skala vernier sudah diketahui, jadi hanya perlu dimasukkan ke persamaan HP. Menjadi HP = skala utama + skala vernier, HP = 33 mm + 0.32 mm = 33.32 mm.
Jadi, sudah jelas bukan fungsi dari skala nonius atau skala vernier pada jangka sorong ? Skala tambahan ini sama pentingnya dengan skala utama, untuk membantu membaca hasil pengukuran jangka sorong tersebut. Di atas juga sudah diberikan beberapa contoh soal menggunakan ketelitian berbeda yang akan membantu anda memahaminya.
Baca juga postingan terkait jangka sorong lainnya: